Selasa, 22 November 2011

PENYAKIT HERPEZ

A.    DEFINISI
Penyakit kulit herpes terdiri dari :            
a.       Herpes Zorter
b.      Herpes simpleks
 (Pro.dr. Adhi Juwanda, 1999 : 107)


gambar 1 1

a.       Herpez Zorter
Herpez Zorter adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela. Zorter yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan aktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer. (Prof.dr.Adhi Juwanda, 1999:107)
b.      Herpez Simpleks
Herpes Simpleks adalah penyakit kulit/selaput lendir yang disebabkan oleh virus. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000 : 88)

B.     ETIOLOGI
c.       Herpez Zoster disebabkan oleh VaricellaZoster Virus (VZV). Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim preeolitik, panas dan PH tinggi (prof. dr. Marwali Harahap, 2000 : 92)
d.      Herpez Simpleks (VHS) disebabkan oleh virus Herpez Simpleks berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks :
1.      VHS tipe I
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama herpes labialis, herpes febrilis. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas.
2.      VHS tipe II





gambar 1 2



C.    PATOFISIOLOGI
Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta menjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai nevralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi horpes zoster.
1.      Neurologi pasca herfetike
Rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai beberapa tahun.
2.      Infeksi sekunder
Oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas sebagai sikatritis.
3.      Pada sebagian kecil penderita dapat terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga menyerang ganglion anterior bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2 minggu setelah timbul erupsi.
(Prof. dr. Marwali Harahap, 2000 :93)

Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh dibawah pasar, terutama daerah genetaira. Lesi extra genital dapat pula terjadi akibat hubungan sexual orogenital.
(Prof.dr. Marwali Harapap, 2000 :88)
D.    MANIFESTASI KLINIS
a. Herpez Zorter
3.      Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal local (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
4.      Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
5.      Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu unilateral.
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a.       Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
b.      Herpes zorter servikali    : menyerang pundak dan lengan
c.       Herpes zorter torakalis    : menyerang dada dan perut
d.      Herpes zorter lumbalis    : menyerang bokong dan paha.
e.       Herpes zorter sakralis      : menyerang sekitar anus dan getalia
f.       Herpes zorter atikum       : menyerang telinga.
(Prof. dr. Marwali Harahap, 2000 : 92)
b. Herpez Simpleks
Ada 2 bentuk manifestasi klinik berdasarkan pernah tidaknya penderita berkontak dengan virus ini sebelumnya :
                                  i.      Belum pernah kontak dengan virus.
Penderita tidak mempunyai imunitas dan akan terjadi infeksi primer yang khas ditandai dengan rasa sakit pada vesikel-vesikel dan erosi pada kulit dan selaput lendir yang terkena. Infeksi primer ini berlangsung 2 – 6 minggu hingga terjadi penyembuhan secara spontan.
                                ii.      Sudah pernah kontak dengan virus.
Penderita akan mengalami infeksi kambuhan (rekuren) lesi pada infeksi tumbuhan ini lebih kecil dan lebih sedikit tidak begitu terasa sakit dan hanya berlangsung 5-7 hari.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan antara lain :
1.      Keletihan fisik
2.      Stress psikis
3.      Minuman alcohol
4.      Trauma waktu koltas
(Prof. dr. Marwali Harahap, 2000 : 89)

E.     PENATALAKSANAAN (MEDIS DAN KEPRAWATAN)
Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:
1.    Mengatasi infeksi virus akut
2.    Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
3.    Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

F.     PENCEGAHAN.
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit herpes maka sebaiknya anda melakukan beberapa hal berikut:
  1. Menjaga kebersihan organ genetalia atau alat kelamin pria dan wanita
  2. Melakukan vaksinasi/imunisasi. Pada anak sehat usia 1 – 12 tahundiberikan satu kali. Imunisasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60 persen – 80 persen. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
  3. gunakan jarum suntik yang baru jika anda sdang dalam proses yang mengharuskan menggunakan jarum suntik.
  4. Hindari kontak langsung dengan penderita PMS
  5. Hindari sex bebas atau bergonta-ganti pasangan.

2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian :
1.        Aktifitas / istirahat : perubahan aktifitas
2.        Nyeri : ketidaknyamanan, nyeri, Gatal.
3.        Keamanan : takut, ansietas

b. Diagnosis Keperawatan

1.    Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
2.    Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
3.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
4.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
5.    Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi.

c. Tujuan Intervensi/Implementasi

Tujuan askep Herpes Zoster adalah terpeliharanya integritas kulit, meredakan gangguan rasa nyaman: nyeri, tercapainya tidur yang nyenyak, berkembangnya sikap penerimaan terhadap diri, diperolehnya pengetahuan tentang perawatan kulit dan tidak adanya komplikasi.

1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
1.1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg berlebihan) ketika memasang balutan basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan perluasan kelainan primer.
1.2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya sebagian penyakit kulit.
1.3.  Jaga agar terhindar dari cidera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas, radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.
1.4.       Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.

Kriteria keberhasilan implementasi.

1. Mempertahakan integritas kulit.
2. Tidak ada maserasi.
3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
4. Tidak ada infeksi.
5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.
6. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.


2. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan lesi kulit.
2.1. Temukan penyebab nyeri/gatal
Rasional: Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan kenyamanan.
2.2. Catat hasil observasi secara rinci.
Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan.
2.3. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapatmenunjukkan reaksi alergi obat.
2.4. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.
Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
2.5. Pertahankan lingkungan dingin.
Rasional: Kesejukan mengurangi gatal.
2.6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitive
Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
2.7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
2.8. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.
Rasional: Sabun yang "keras" dapat menimbulkan iritasi.
2.9. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.
Rasional: Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier kulit
2.10. Kompres hangat/dingin.
Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan meredakan pruritus.
2.11. Mengatasi kekeringan (serosis).
Rasional: Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh, eksudat.
2.12. Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.
Rasional: Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier kulit.
2.13. Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
Rasional: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
2.14. Menggunakan terapi topikal.
Rasional: Membantu meredakan gejala.
2.15. Membantu klien menerima terapi yang lama.
Rasional: Koping biasanya meningkatkan kenyamanan.
2.16. Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli tanpa resep Dokter.
Rasional: Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan sendiri

Kriteria keberhasilan implementasi.

1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.
2. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.
3. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
6. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .

 Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
3.1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
3.2.  Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
3.3.  Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.
Rasional: memelihara kelembaban kulit
3.4. Menjaga jadual tidur yg teratur.
3.5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
3.6.   Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
3.7.   Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Melaporkan gatal mereda.
3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4. Menghindari konsumsi kafein.
5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
4.1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
4.2.   Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
4.3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4.4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusakadaptasi klien .

4.5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
4.6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan

5. Kurang pengetahuan tentang program terapi
5.1.   Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
5.2.   Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.

5.3.   Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
5.4.          Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta losion kulit.
Rasional: stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan krim/lotion akan melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak dan bersisik.
5.5.       Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.
Rasional: penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang, perubahan pada kulit menandakan status nutrisi yang abnormal.

Kriteria Keberhasilan Implementasi

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3 Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

6.  Mencegah Infeksi
6.1. Miliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada klien yang sistem kekebalannya terganggu.
Rasional: setiap keadaan yg mengganggu imun akan memperbesar risiko infeksi kulit.

6.2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada klien mengenai program terapi.
Rasional: Pendidikan klien yang efektif bergantung pada keterampilan interpesonal profesional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas.
6.3. Laksanakan kompres basah sesuai program untuk mengurangi intensitas inflamasi.
Rasional: vasokonstriksi pembuluh darah kulit dapat mengurangi eritema dan membantu debridemen vesikel dan krusta serta mengendalikan inflamasi.
6.4. Sediakan terapi rendaman sesuai program.
Rasional: melepas eksudat dan krusta.
6.5. Berikan antibiotik sesuai order.
Rasional: membunuh dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
6.6. Gunakan obat topikal yang mengandung kortikosteroid sesuai order.
Rasional: memiliki kerja antiinflamasi, sehingga mampu menimbulkan vasokonstriksi pd pembuluh darah kecil dalam dermis lapisan atas.
6.7. Nasihati klien untuk menghentikan pemakaian setiap obat kulit yang memperburuk masalah.
Rasional: dermatitis kontan atau reaksi alergi dapat terjadi akibat setiap unsur yang ada dalam obat tersebut.

Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Tetap bebas dari infeksi.
2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah kerusakan kulit.
3. Mengidentifkasi tanda dan gejala infeksi.
4. Mengidentifikasi efek kerugian obat
5. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulti: ganti balutan, mandi.






DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta









Tidak ada komentar:

Posting Komentar